Fakultas Seni Rupa dan Desain UK Maranatha

Integrity • Care • Excellence

Unoflatu: dari Bambu hingga Sisik Ikan

diupload pada: 3 Juni 2023
Share artikel berita ini
Share on email
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Dari puluhan karya yang ditampilkan di Unoflatu: Respirare Iterum, ada 4 yang dijelaskan secara langsung oleh pembuatnya.

 

“Modular House”

Di samping panggung, ada sebuah rumah kecil berdinding bambu. Karya seni ini adalah Modular House karya Irena Vanessa Gunawan, S.T., M.Com. Terinspirasi oleh Gempa Cianjur yang melanda tahun 2022 lalu, Irena membuat sebuah desain rumah yang dapat dengan mudah dilepas-pasang oleh 2 orang saja untuk menjadi tempat tinggal sementara bagi pengungsi bencana. Tidak hanya dinding, rumah ini juga dilengkapi dengan perabotan ringkas lainnya.

 

“Sehingga waktu kita mengirimkannya ke pengungsi, mereka punya kursi, tempat tidur, dan dapur sederhana untuk memasak,” ujar Irena.

Salah satu penonton juga menanggapi bahwa rumah ini dapat digunakan untuk hal selain bencana alam, misalnya tempat isolasi bagi pasien COVID-19. Ternyata, memang betul–desain ini sudah pernah digunakan sebagai tempat isolasi untuk penderita tuberkulosis.

 

Selain itu, Irena juga menekankan bahwa desainer zaman sekarang perlu mengusahakan agar semua karyanya menjaga kelestarian alam.

 

“Kami berusaha menggunakan bahan-bahan lokal supaya lebih ramah lingkungan. Kami memakai bambu untuk dindingnya karena mudah didapatkan dan mudah dibentuk.”

 

“It’s Time for Another Adventure”

Karya berikutnya datang dari seorang istri. Dr. Dra. Christine Claudia Lukman, M.Ds. memiliki seorang suami yang hobi berpetualang: ia dan sepedanya pernah sampai ke puncak Gunung Kilimanjaro!

 

“[Suami saya] akan memulai petualangan baru di pegunungan Kyrgyzstan dan Kazakhstan.”

 

Lukisan Christine, It’s Time for Another Adventure, merayakan berakhirnya pandemi dan kebebasan sang suami untuk “bernapas lagi” di luar rumah.

 

“DO NOT COMPROMISE: Making Art about Motherhood in the Contemporary Era”

 

Bagian kedua dari Artist Talk mengundang Naj Phonghanyudh, profesor asisten di Applied Art Studies, Silpakorn University, Thailand. Naj memamerkan beberapa lukisan yang merekam kehidupannya sebagai seorang ibu.

 

Setelah melahirkan, performa kerja Naj sebagai seniman cukup menurun karena harus merawat putrinya. Untungnya, ia mendapat inspirasi baru: “Kenapa tidak membuat seni yang berkaitan dengan subjek yang hidup dengan saya 24/7?” Alhasil, Naj “melahirkan” sebuah seri lukisan berjudul Mother and Child.

 

“Sebagian besar karya saya hanya menampilkan anak saya, menekankan sudut pandang saya sebagai seorang ibu,” tutur Naj.

Sebagai seorang pendukung kesetaraan gender, Naj menutup sesinya dengan sebuah pesan.

“Untuk semua seniman dan desainer wanita: saya mendukung kalian untuk melakukan lebih banyak hal.”

 

“Composite Inno-sustain Materials for Fashion”

 

Mr. Thanakhom Sittiarttakhorn, dosen Department of Fashion Design, memperkenalkan sederet karya yang dibuat oleh mahasiswanya di Silpakorn University. Sebagai bagian dari pendidikan sustainability, mereka ditugaskan mengembangkan material baru untuk fashion. Bahannya beragam, mulai dari sisik ikan, kelopak bunga teratai, hingga karat besi sebagai pewarna tekstil!

Mengenai peran pengajar dalam kelestarian alam, Thanakhom berkata:

“Penting bagi dosen untuk mengarahkan murid-murid ke jalan yang benar karena masa depan kita bergantung pada mereka.”

Share artikel berita ini
Share on email
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Berita Terkait
Edisi Terbaru,