Seminar Nasional Kerja Sama Asosiasi Indonesia antara Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Program Diploma III Seni Rupa dan Desain telah dilangsungkan pada hari Kamis, 16 Juni 2022 di Exhibition Hall, Universitas Kristen Maranatha. Acara yang bertemakan, “Perkembangan Tren dan Peran Wastra Nusantara” ini diisi oleh para pakar tren dan fashion selaku pembicara yang sangat inspiratif.
Dalam sesi pertama dengan tema, “Menarik Minat Generasi Muda pada Generasi Indonesia”, Pak Taruna Kusmayadi, selaku Penasehat Asosiasi Indonesia Fashion Chamber, memberikan penjelasan tentang Wastra. Beliau menjelaskan bahwa Wastra adalah kain tradisional, namun kain tradisional belum tentu Wastra. Selain itu, beliau juga menyebutkan beberapa contoh Wastra, seperti Songket, Tenun, Tapis, Lurik, Ulos, Gringsing, dan Jumputan. Setiap lembar Wastra memiliki nilai filosofis dan mencerminkan karakter budaya bangsa.
Selanjutnya, beliau berbicara mengenai ragam batik. Ada batik pesisir Cirebon yang memiliki corak sederhana, Batik Madura yang harganya berkisar 125 ribu hingga 6 juta rupiah, dan Batik Gentong yang dipengaruhi oleh Agama Islam dan Budaya Tiongkok. Selain itu, ada juga Batik Keraton yang berasal dari Solo dengan warnanya yang cenderung kekuningan dan dari Yogyakarta dengan warna khas kemerahan. Seluruh batik tulis ini memiliki makna mendalam tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, corak-corak Wastra dapat berkembang dalam berbagai aspek, sehingga dapat menarik minat generasi muda Indonesia.
Sesi kedua dibawakan oleh Bapak Deden Siswanto, selaku pakar manajemen fashion show, dengan tema, “Manajemen Koleksi untuk Peragaan Busana dan Mode”. Dalam sesi ini, beliau menjelaskan tentang ready-to-wear brands yang banyak dijual di masyarakat. Dalam pembuatan produk-produk ini, produsen dapat mencari inspirasi di internet, membeli bahannya, dan membuatnya sendiri. Selebihnya, produk tersebut pun dapat dijual dan dapat menghasilkan omset yang cukup besar.
Namun, beliau menambahkan bahwa sebagai seorang designer yang ingin karyanya ditampilkan di dalam fashion show, kita harus memiliki ciri khas dan tampilan tertentu, karene fashion bisa menginspirasi berbagai aspek kehidupan, seperti budaya, seni, film, dan masih banyak lagi.
Dalam sesi terakhir, Ibu Dina Midiani selaku pakar tren memberikan presentasinya yang bertemakan “Indonesia’s Forecasting Trend 2023/24″. Beliau menjelaskan bahwa untuk menyukseskan penjualan produk yang telah kita buat, kita perlu mengetahui pasar atau segmen mana yang akan kita arah. Setiap pasar memiliki selera yang berbeda, diantaranya adalah pasar yang memiliki karakter sporty, elegan, casual, dan masih banyak lagi.
Zaman yang berubah berdampak pada bidang fashion, tentunya. Beliau mengatakan bahwa hal ini menghasilkan berbagai jenis gaya, contohnya The Saviors, dengan tema maskulin dengan penggabungan beberapa unsur. Ada pula The Inventive, yang muncul dengan penemuan-penemuan baru yang bertujuan untuk membantu penggayaan tiap individu. Namun ada juga gaya Humanism, yang berkaitan dengan unsur-unsur kelompok masyarakat dan rasa humanis.