Ide bisa datang dari mana saja… dan dibawa ke mana saja. Ketiga teman kita dari prodi D-3 Fashion Design mendapatkan momen “eureka! (bukan food court :p)” dari sebuah foto National Geographic: sampah yang kontras dengan biota laut. Ide ini mereka olah menjadi pakaian yang ditampilkan di Pangalengan, Bandung. Seandainya Bandung dekat ke pantai, mungkin lebih cocok, ya. 😁
(makhluk laut (kiri) dan sampah plastik (kanan) dari sampel air di Hawaii. Foto oleh David Liittschwager/National Geographic)
Kalyana, Ferren, dan Dhiya, bersama dosen pembimbing Bu Yosepin Sri Ningsih, M.Ds., menamakan koleksi mereka “Hydrobstruct”–sesuai dengan sampah yang menjadi halang rintang bagi kehidupan laut. Polusi lautan nggak cuma jadi inspirasi desain saja, tapi juga jadi inspirasi untuk merancang koleksi busana ini dengan pendekatan sustainable fashion. Bahan untuk bajunya adalah deadstock yang nggak terpakai dari pabrik-barik besar. Material ini ditata ulang dan dijahit supaya jadi baju yang layak dipamerkan di atas catwalk. Warna peach, biru, dan abu yang disadur dari foto sampah kelihatan menyatu dengan langit, tetapi tampak jelas di depan pemandangan kebun teh hijau Pangalengan.
Koleksi “Hydrobstruct” dipamerkan pada acara fashion show Accoultourishion–Acculturation of Tourism and Fashion. Sesuai namanya, acara ini adalah gabungan dari Road to Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) edisi Jawa Barat, bekerja sama dengan rangkaian acara pembukaan tourist spot baru, Nimo Highland di Pangalengan. Karya mahasiswa-mahasiswi Maranatha bakal tampil di acara puncak JMFW tahun 2023 nanti, nggak, ya? Nah, ayo doakan teman-teman di jurusan Fashion Design supaya bikin karya yang keren dan tampil di sana! (sj)