Fakultas Seni Rupa dan Desain UK Maranatha

Integrity • Care • Excellence

Bertumbuh bersama Tumbuhan melalui Seni Botani

uploaded: 20 August 2023
Share this article
Share on email
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Area amfiteater di NuArt Scuplture Park merupakan pilihan tepat untuk tempat talk show yang membahas seni botani. Galeri seni? Betul. Ruang terbuka hijau? Betul lagi. Lima orang seniman botani duduk di atas panggung, dikelilingi oleh pohon, patung, dan penonton.

 

Diskusi dibuka oleh Yosepin Sri Ningsih, anggota IDSBA (Indonesian Society of Botanical Artists, ‘Perhimpunan Seniman Botani Indonesia’) sekaligus dosen di FSRD Maranatha. Yosepin mengundang rekan-rekannya dari IDSBA untuk membagikan pengalaman mereka dalam bidang seni ini.

 

Ketua IDSBA, Grace Syariel, memberikan kata pengantar. Grace menjelaskan bahwa seni botani adalah seni lukis 2 dimensi yang menggambarkan tumbuhan dengan akurat. IDSBA ada sebagai wadah bagi para seniman di Indonesia dan mengajak anggotanya untuk berperan dalam “konservasi tumbuhan melalui seni”. Anggota IDSBA memiliki latar belakang yang beragam–Grace sendiri adalah lulusan sekolah farmasi.

Anggota berikutnya malah lebih senang disebut akademisi, bukan seniman. Pekerjaan sehari-hari Ichsan “Prince Icang” Suwandi memang mengajar di ITB. Sang pangeran ‘kejeblos’ ke dunia seni botani saat mencari cara belajar yang pas untuk “mata kuliah horor” Taksonomi Tumbuhan.

 

“Di kelas, [mahasiswa yang] belajar spesimen gampang lupa, jadi [kita coba] langsung belajar ke hutan. Lumayan, bisa inget beberapa minggu … tapi pas masuk ujian, lupa semua,” canda Icang.

 

Tetapi, dengan menggambar tumbuhan yang dipelajari, daya ingat mahasiswa meningkat tajam. “Memelototi berjam-jam gak sama dengan 10 menit menggambar. Sekarang [Taksonomi Tumbuhan] bukan horor lagi.”

 

Prince Icang sendiri mengaku tidak terlalu berbakat dalam seni. “Saya gambar daun, kok bentuknya seperti tutup panci, ya?”

 

Meski demikian, Icang berpendapat bahwa bakat hanyalah pendukung kecil dalam proses berlatih. Katanya, patokan keberhasilan seniman botani “bukan kualitas gambarnya, tetapi kemampuan meletakkan karakter [tumbuhan] di dalam memorinya. Jadi, dia kenal spesies tanaman seumur hidupnya.”

 

Pengamatan yang jeli terhadap karakter tumbuhan memang salah satu syarat mutlak untuk menjadi seorang seniman botani yang baik. “Lukisan bagus, kalau secara morfologi salah, bisa didiskualifikasi karena yang memeriksa adalah ahli botani,” papar Eunike “Keke” Nugroho, salah satu pendiri IDSBA.

 

Keke dan rekan-rekannya menganggap bahwa posisi ilustrator tidak dibuat uzur dengan adanya fotografi modern, mengingat bahwa ada detail dan pemahaman yang hanya dapat ditangkap oleh mata manusia. Dengan memahami tanaman yang mereka lukis, seniman bukan hanya menciptakan ilustrasi tetapi juga memproduksi ilmu pengetahuan.

 

Sebagai contoh, Keke menceritakan kisah Lucy T. Smith, seorang seniman botani asal Australia. Berkat pengamatannya yang tajam saat menggambar, Smith membuktikan bahwa teratai di Royal Botanic Gardens at Kew sebenarnya merupakan spesies baru sekaligus spesies teratai terbesar di dunia. Terobosan ilmiah yang besar ini tidak akan terjadi tanpa andil Smith sebagai seniman.

Selain berkontribusi pada ilmu, seniman botani juga memiliki peran penting lain.

 

“Kalau mau bikin karya, saya baca deskripsi spesies, seringkali dalam bahasa Latin,” kata Eunike. Hal ini sangat jauh dari kata mudah–Keke bisa membuka kamus sebanyak 40 kali hanya untuk menerjemahkan satu halaman deskripsi!

 

“Makanya, [orang awam] butuh seniman, ilustrator yang dapat menjembatani, meneruskan ilmu pengetahuan dan pesan yang rumit tadi,” Keke berpendapat.

 

Asep Topan, seorang kurator seni rupa kontemporer, setuju bahwa seni botani akan sangat membantu orang awam. Menurutnya, plant-blindness (‘buta tanaman’) adalah suatu fenomena yang umum.

 

“Anak-anak kecil biasanya diberikan pengetahuan, ini hewan apa … tapi pengetahuan tentang tanaman itu tidak sebanyak pengetahuan tentang hewan,” ujar Asep. Manusia belajar dengan cara membedakan objek, sehingga wajar saja kalau manusia lebih mudah mengenali keragaman satwa. “Masalahnya, tanaman itu rata-rata hijau … Lihat landscape, lihat alam, ya, semuanya hijau.”

 

Melalui seni botani, masyarakat dapat lebih mudah mengenali keunikan tanaman sebagai makhluk hidup dan subjek artistik, bukan komoditas yang hanya dieksploitasi. Cara pandang ini akan menumbuhkan kepedulian terhadap isu-isu konservasi dan kerusakan Bumi.

 

Setelah memaparkan pentingnya seni botani bagi masyarakat dunia, para pembicara melayangkan undangan terbuka bagi orang-orang yang berminat memajukan seni sekaligus ilmu botani.

 

“Ekosistem seniman botani itu tempat untuk bertumbuh. Kolaborasi, bukan kompetisi,” ujar Eunike saat bercerita tentang IDSBA. Ketika seniman lain harus berkompetisi untuk menghasilkan karya yang menonjol, seniman botani dapat belajar dari dan bersama teman-temannya.

 

Keke menambahkan, “Semua orang punya kesempatan untuk bertumbuh. Seni botani itu bukan seni tentang tumbuhan saja, tapi juga seni yang menumbuhkan.” Betul, seni botani dapat menumbuhkan banyak hal, mulai dari keterampilan, kepedulian, hingga ilmu pengetahuan.


Botanical Art Talk: A Vibrant Portrait of Nature adalah bagian dari pameran seni Ragam Flora Indonesia 4: Spreading the Beauty of Nature. Enam puluh lukisan terpilih karya 32 anggota IDSBA dapat dinikmati di NuArt Sculpture Park, Bandung, hingga tanggal 1 Oktober 2023. (sj)

Share this article
Share on email
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Related News
Edisi Terbaru,