Fakultas Seni Rupa dan Desain UK Maranatha

Integrity • Care • Excellence

Bincang tentang Jazz dan Art Deco: Penghias Romantis Kota Bandung

uploaded: 19 December 2021
Share this article
Share on email
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Muncullah Bandros di layar–bukan makanan bandros, melainkan mobil Bandung Tour on Bus–bersama dengan alunan santai musik jazz. Video tadi menjadi pembuka webinar berjudul unik: Romantika Jazz dan Art Deco Bandung dalam Karya yang digagas oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha pada tanggal 18 Desember 2021 lalu. Acara virtual ini dihadiri oleh sekitar 150 orang peserta dari beragam latar belakang.

Sesi pertama adalah “Art Deco Bandung: Semangat Kebebasan Berkreasi” yang dibawakan oleh Djefry W. Dana, seorang arsitek ternama sekaligus penulis buku Mystery of Art Deco Bandung. Awalnya, Djefry menampilkan bangunan-bangunan kota Bandung yang memiliki penampilan khas koloniaal stijl atau gaya kolonial Belanda. Djefry mencontohkan gaya ini dengan gedung kantor wali kota Bandung yang atap segitiganya ditopang oleh pilar-pilar, menyimbolkan kekuasaan Belanda dan Eropa di Bandung. Tetapi, setelah itu datanglah gaya Art Deco modern yang menghiasi bangunan seperti Hotel Savoy Homann, Puri Isola di UPI dan Gedung Sarinah. Gaya arsitektur baru yang kontras dari koloniaal stijl ini seolah-olah merupakan ekspresi pembawa semangat kebebasan bangsa Indonesia dari kolonialisme.

Bagian “Art Deco” dari webinar ini sudah dikupas tuntas oleh Djefry tadi, tetapi masih ada bagian “jazz” yang belum dibicarakan. Narasumber untuk topik ini adalah Kang Djaelani, dosen dari Universitas Pasundan sekaligus Direktur Lembaga Budaya Jendela Ide Indonesia. Menurutnya, budaya musik jazz tidak dapat berkembang sendiri dan harus diasuh. Beruntungnya, Bandung ternyata merupakan tempat yang cocok untuk pertumbuhan musik. Ada banyak tonggak bersejarah budaya jazz di Bandung yang bisa terjadi berkat dukungan banyak pihak: musisi, lembaga pendidikan, komunitas, dan lain-lain. Meskipun begitu, Kang Djaelani berpendapat bahwa ekosistem musik Bandung ini masih bisa ditingkatkan dengan mengadakan lebih banyak event untuk musik jazz. Beliau mengharapkan adanya kerja sama antara pihak pemerintah dan komunitas pemusik agar cita-cita ini terwujud.

Sebenarnya, webinar ini adalah pra-event Hajad Jagad “Semesta Bertumbuh” yang rutin diadakan dua tahun sekali. Romantika Jazz dan Art Deco Bandung dalam Karya membuka Hajad Jagad bersama dengan peluncuran pameran hybrid manner fisik-virtual berisi karya-karya terbaik mahasiswa FSRD UK Maranatha bersama dengan Program Studi Seni Musik Universitas Pasundan dan Jendela Ide.

Rangkaian acara Hajad Jagad “Semesta Bertumbuh” yang menampilkan kolaborasi antarprogram studi dan antarbidang ilmu diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas dalam acara puncaknya di tahun 2022. Untuk itu, mari nantikan event berikutnya!

(Erika Ernawan dan Stanislaus Joshua)

Share this article
Share on email
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Related News
Edisi Terbaru,