“Dengan menatap dan memakai Batik 3 Negeri, Anda sudah berkelana ke separuh dunia.”
Kutipan indah mengenai Batik 3 Negeri ini datang dari Ibu Agni Malagina, S.S., M.Hum. Beliau merupakan sosok hebat yang berjasa besar bagi perkembangan Batik Lasem. Pendiri komunitas Kesengsem Lasem ini telah bekerja sama dengan banyak peneliti sekaligus pembuat batik di Indonesia.
Bu Agni telah menekuni penelitian batik Lasem sejak 2015. Luar biasanya, beliau pernah menulis untuk National Geographic sebanyak 3 edisi; selama 3 tahun berturut-turut. Dalam acara ini, beliau menjelaskan sejarah awal terciptanya Batik Lasem dan mengatakan bahwa Lasem sudah menjadi kota narkoba sejak abad ke-17. Sekarang, Lasem sedang diupayakan untuk menjadi Kota Cagar Budaya Nasional.
Dalam artikel “de Batik Kunst”, diketahui bahwa Batik Lasem dan Pekalongan merupakan Batik porselen yang memiliki warna-warna cerah, seperti hijau dan kuning. Ia juga menambahkan bahwa batik ini memiliki warna merah yang berkarakter. “Batik Lasem itu istimewa karena warna merahnya dibuat dari akar mengkudu. Kandungan kapur yang ada di Lasem yang bercampur dengan air, dapat menjadi pewarna yang memiliki ciri khas tersendiri,” ujarnya.
Di acara ini, beliau mengatakan bahwa Batik 3 Negeri merupakan batik yang terinspirasi dari banyak orang di seluruh dunia. Berdasarkan sejarahnya, kain katun yang dibawa dari Inggris diangkut menggunakan kapal dari India, Arab, bahkan Tiongkok ke Nusantara; setelah itu, diperjualbelikan ke seluruh pelosok negeri. Maka dari itu, banyak campur tangan untuk pembuatan batik yang satu ini.
Selain Bu Agni, narasumber hebat lainnya adalah Bapak Sandy Rismantojo yang merupakan Doktoral Kandidat di Silpakorn University Thailand. Tak jauh dari Bu Agni, beliau juga mengatakan bahwa batik, terutama Batik Lasem dan Batik 3 Negeri memiliki narasi mendalam yang begitu bermakna.
“Batik Lasem dapat berubah menjadi Batik 3 Negeri dengan pembuatannya yang unik. Pewarnaan di 3 tempat berbeda: Lasem (merah), Kudus (biru), dan Solo (coklat), membuat satu lembar kain batik memiliki 3 cerita berbeda yang saling berhubungan. Saya takjub melihatnya,” katanya.
Selain itu, beliau juga menunjukkan hasil karya penelitiannya, yaitu Batik 3 Negeri; memiliki corak gabungan dari Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Corak Garuda dan Kembang Sepatu yang digabungkan merupakan representasi dari pandemi yang terjadi. Walau diterjang masa sulit, alam pasti akan kembali pulih. “Batik itu memiliki cerita dan memiliki doa,” ungkapnya.
Tak ada banyak kata yang tersisa. Acara satu ini membuktikan bahwa batik memiliki cerita dan tak tergantikan nilainya.