Ingatkah, apa isi perayaan Dies Natalis Fakultas Seni Rupa dan Desain UK Maranatha di tahun-tahun yang lalu? Mari kita lihat … biasanya, acara utamanya orasi ilmiah. Kali ini, FSRD Maranatha merayakan Dies Natalis XVIII dengan konsep baru yang segar. Acara utamanya bukan orasi ilmiah yang berat, tetapi sesi bincang-bincang santai!
Kehadiran talk show ini bukan karena iseng. Sesuai dengan tema Dies Natalis tahun ini, “Berkarya bagi Negeri”, talk show ini adalah cara FSRD untuk menghargai keberhasilan civitasnya dalam mengharumkan nama negeri dan almamater.
“FSRD sudah semakin dewasa. Kita semakin memfokuskan kurikulum kita, konten dari kegiatan akademik dan nonakademik kita, agar mahasiswa dan dosen dapat berdampak untuk masyarakat. Makanya tema kita tahun ini adalah ‘Berkarya bagi Negeri’, itu bukan cuma klise,” papar Irena Vanessa Gunawan, S.T., M.Kom., dekan FSRD Maranatha.
“Kita sedang mengubah sistem tugas akhir supaya proyeknya bukan fiktif atau sekadar tugas, tapi hasilnya bisa disumbangkan untuk komunitas dan masyarakat.
Betul saja, pemirsa dibuat kagum oleh cerita serupa saat sesi talk show. Setiap program studi di FSRD diwakili oleh setidaknya satu orang narasumber, termasuk prodi S1 Arsitektur yang usianya paling muda. Berkat pendidikan yang ditempuh di FSRD Maranatha, setiap pembicara punya pengalaman berkesan masing-masing.
Misalnya, Omar Mohammad dari prodi D3 Seni Rupa & Desain bercerita tentang bagaimana sulitnya berkarya di saat pandemi. Tetapi, setelah keadaan membaik, Omar bisa melakukan comeback di acara fesyen berskala besar: Indonesia Fashion Week 2023. Semua ini dilakukan dengan prinsip sustainability: Omar harus mencari cara agar karyanya menarik untuk klien sekaligus menjaga kelestarian alam.
Setelah memaparkan sederet prestasi, kakak-beradik Graciela dan Gabriela Jovanka Susanto mengaku bersyukur bahwa kelas di prodi Desain Interior hanya berisi sekitar 10 orang, sehingga dosen bisa membimbing mahasiswa dengan penuh perhatian. Selain itu, mereka juga senang bisa mengangkat budaya Indonesia di dalam proyek-proyek kuliah. Hal itu membuat mereka “menyadari masalah apa yang sedang dihadapi negara”.
Menyadari problema negara memang penting supaya kita bisa membuat solusi yang tepat. Mohamad Nurfian Rachmat dan Garry Virgian dari Arsitektur 2020 menyusun beberapa proyek dengan tujuan khusus untuk memudahkan masyarakat Indonesia. Ambil saja contoh proyek MCK darurat yang dirancang untuk korban gempa Cianjur.
Dari jurusan Seni Murni, pencapaian datang dari sepasang kakak-beradik kembar lagi: Sekar Ayu dan Sari Dewi Kuncoroputri. Salah satu lukisan yang mereka ikutkan di kompetisi UOB Painting of the Year berhasil masuk ke babak final berkat sebuah inovasi: menjadikan smartphone sebagai objek. “Salah satu efek pandemi adalah ruang gerak kita jadi terbatas di rumah saja,” ujar Sari, “tapi masalah itu bisa diatasi dengan adanya gawai.”
Sesi talk show ditutup oleh alumnus DKV 2005, Peter Nugroho Hendrik. Berbeda dari narasumber yang telah disebut sebelumnya, Peter bukan cuma berkarya di dalam negeri, tetapi di mancanegara juga. Perusahaan konsultan desain dan brandingnya, Peter & Co., sudah membuka cabang di Singapura!
“Berkat support system FSRD Maranatha, saya bisa jadi diri saya yang sekarang,” kata Peter. Selain itu, Peter juga mengingatkan agar kita rajin, tekun, dan mencintai proses perkembangan diri.
Seperti biasa, FSRD Maranatha melibatkan mitra, mahasiswa, dan orang tua sebagai komitmen untuk terus berkembang dan menjawab kebutuhan masyarakat. Karena itu, sama dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan diakhiri oleh sesi focus group discussion dan pameran karya mahasiswa.
Selamat memasuki usia dewasa, FSRD Maranatha! Mari kita bersama-sama Berkarya bagi Negeri. (sj)