“Yang terpenting dalam pembuatan video itu jelas, story telling. Kalau kita udah bisa bercerita dalam video yang kita buat, audiens akan tertarik menonton dan bahkan mungkin mengikuti akun sosial media kita untuk konten-konten selanjutnya. Jadi relatable itu penting,” jelasnya.
Meizal Rossi merupakan seorang konten kreator yang telah bergerak di bidangnya selama kurang lebih 6 tahun lamanya. Dari tahun-tahun inilah dia mendapat banyak pengalaman dan ilmu yang dapat dibagikan kepada para peserta seminar.
Selama 2 jam lamanya bercakap-cakap, Rossi menceritakan mengenai motif di balik kesukaannya dalam bidang pembuatan video. Dia mengatakan bahwa passion nya ini dimulai dari sejak dia menyukai travelling.
“Saat travelling, saya biasa bawa kamera. Mau ke gunung atau ke pantai, pasti saya abadikan. Nah, di momen-momen itulah munculnya rasa untuk mulai berkarya dalam pembuatan video,” ujarnya saat ditanya.
Dalam pembuatan video, tentunya juga tidak mudah dalam menemukan style yang “gue banget”. Butuh latihan dan pengalaman sampai akhirnya kita bisa menemukan gaya yang cocok dalam berinteraksi secara virtual.
Namun, dia mengatakan bahwa aspek terpenting dalam industri ini adalah kemampuan menulis story telling yang baik. Seciamik apapun video yang telah dibuat, jika penyampaian cerita di dalamnya tidak dapat menjangkau hati para audiens, tentu saja percuma.
Di samping itu, dia pun menceritakan pengalaman-pengalamannya disponsori oleh beberapa brands terkenal, seperti Danone dan Tango. Hal ini bisa dia peroleh karena kemampuannya dalam membuat sesuatu yang “gue banget” dan juga relatable.
Ia berpendapat bahwa tujuan kita dalam membuat konten video itu berbeda-beda. Ada yang ingin menjadi viral dengan mengikuti tren, menyalurkan hobi, atau iseng coba-coba dan menjadi ladang penghasilan. Yang terpenting, buatlah konten yang jujur, namun tidak menyinggung pihak manapun.
“Kita boleh memuji atau mengkritik siapapun. Justru dalam pembuatan konten, kita memang harus jujur apa adanya. Asalkan, jujurnya tidak kelewatan dan sampai menyinggung komunitas-komunitas tertentu,” katanya.
Menariknya, dia mengaku bahwa ini adalah kali pertamanya menjadi pembicara di instansi pendidikan. Dia biasa menjadi narasumber di kementerian Indonesia.
Tentunya, ini merupakan sebuah kehormatan bagi Universitas Kristen Maranatha, khususnya Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Peserta dalam seminar, yang datang dari dalam dan luar universitas, cukup antusias dalam seminar. Walaupun acara ini dilaksanakan secara hybrid, peserta dalam Zoom Meeting tetap aktif dengan cara melontarkan pertanyaan-pertanyaan menarik kepada pembicara. **auh